Langsung ke konten utama

SEJARAH PERADABAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN Sejarah dalam bahasa Arab beasal dari kata Sajaratun yang berarti pohon dengan pengertian gambaran siklus yang tiada henti. Gambaran siklus yang tiada henti dapat digambatkan sebagai brikut ini : 1.Biji. 2.Kecambah. 3.Pohon. 4.Bunga. 5.Buah tua dan jatuh(biji) 6.Dan seterusnya. Apa yang terjadi masa lampau merupakan cerminan/pelajaran masa kini dan yang akan datang. Sejarah dalam pandangan Islam tidak hanya berbicara masalah data dan fakta, akan tetapi sejarah merupakan dialektika nilai, pertarungan nilai. Karena sejarah membawa identitas sebuah identitas masyarakat akan masa lalunya. Kemajuan sebuah peradaban salah satunya bertumpu kepada sejarah. Dengan sejarahlah peradaban memiliki jati dirinya yang hakiki. Masyarakat yang melupakan sejarah akan mudah terjangkiti rasa inferior, mudah terombang-ambing dalam sebuah arus yang tidak jelas atau dengan kata lain krisis identitas. Padahal masa depan adalah fungsi dari masa lampau dan masa kini. T.S. Eliot mengemukakan hal ini dengan tepat “Masa Kini dan Masa Lampau, Akan Muncul di Masa Depan dan Masa Depan Terdapat di Masa Lampau”. Dalam hal ini Allah Swt. Befirman:                          Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (Q.S. Yusuf [12] : 111).                                    Artinya: “Dan Apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak Berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang Berlaku zalim kepada diri sendiri”. (Q.S. Ar Ruum: [30] : 9) Allah Swt. dalam kedua ayat di atas telah memberikan gambaran begitu pentingnya sejarah bagi kehidupan umat manusia. Adapun di antara arti penting sejarah antara lain: Pertama, untuk kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu bagi kelangsungan hidupnya. Kedua, sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan tauladan dari contoh-contoh di masa lampau, sehingga sejarah memberikan asas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup. Ketiga, sejarah berfungsi sebagai sarana pemahaman mengenai hidup dan mati. Secara tegas bahwa terminologi sejarah dalam pandangan Islam adalah amanah dan pengakuan kebenaran yang disampaikan semata-mata karena Allah. Sebab sejarah bagi seorang Muslim – sebagaimana Al-Qur’an banyak memuat kisah para Nabi dan tokoh masa lampau – adalah suatu yang tidak lepas begitu saja dari dimensi keimanan. Apabila seorang muslim tidak meyakini sedikit saja atau keseluruhan dari kisah-kisah tersebut, maka rusaklah keyakinannya itu. Lantas bagaimana dengan kisah atau peristiwa yang tidak termuat di dalam Al-Qur’an?. Inilah pentingnya mempelajari hakikat sejarah. Melihat kenyataan itu, sejarawan Muslim dituntut mengungkapkan yang benar dan, kalau perlu, mengorbankan segala usaha untuk sampai kepada tujuan tersebut. sejarawan tidak boleh berbasa-basi terhadap seseorang, membohongi, ataupun mendzalimi. Tidak boleh, dengan alasan apapun, memanipulasi amanah atau menyembunyikan kebenaran. Untuk itu, seorang yang dapat dikatakan ahli sejarah, ia haruslah memiliki beberapa standar sebagaimana halnya yang terdapat dalam Ilmu Rijalul Hadits. Bisa saja salah satu persyaratannya ialah ia harus menguasai sekian banyak literatur dari beragai sumber yang otoritatif, utamanya sejarah yang ditulis oleh para Ulama Muslim. Pemikiran Dan Peradaban Islam Pada pembahasan berikut ini penulis akan mencoba untuk menganalisa serta memberikan suatu kritik terhadap uraian Sejarah Peradaban Islam yang meliputi definisi peradaban Islam, baik secara bahasa maupun secara istilah. Secara bahasa, definisi peradaban yang dikemukakan oleh penulis dalam bukunya cukup memberikan makna yang lengkap, salah satunya seperti dijelaskan bahwa peradaban berasal dari bahasa Jawa Kawi, peranakan dari bahasa Sansekerta yaitu adab yang berarti sopan santun, tatakrama. Adapun lawannya adalah biadab yang artinya tidak sopan, tak tahu adat. Secara istilah, penulis belum memberikan definisi yang definitif atau yang dipilih sebagai suatu definisi yang menjadi acuan penulis. Juga penulis belum secara tegas memberikan definisi peradaban Islam dalam konteks Islam sebagai sebuah peradaban. Meskipun, penulis menyebutkan sumber pemikiran dan peradaban Islam adalah Al Qur’an dan As Sunnah. Penulis hanya menjelaskan definisi-definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Walaupun hal itu telah cukup menggambarkan apa itu peradaban Islam. Namun, penting sekali penulis di sini memilih salah satu dari definisi tersebut untuk memberikan corak tersendiri bagi penulis dalam memaparkan apa itu peradaban dalam konteks Islam sebagai peradaban. Sekedar sebagai perbandingan, Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Membangun Peradaban Islam Kembali” menjelaskan bahwa “Islam yang diturunkan sebagai Din, sejatinya telah memiliki konsep minimalnya sebagai peradaban. Sebab kata Din itu sendiri membawa makna keberhutangan, susunan kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintahan yang adil”. Ini dapat dipahami bahwa Islam selain sebagai agama, Islam juga sebuah peradaban. Dengan kata lain ajaran Islam itu sendiri mengantarkan kepada terbentuknya sebuah peradaban. Oleh karena itu, ketika ajaran Islam atau agama Allah (Dinul Islam) disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata Din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan. Jadi peradaban Islam adalah suatu struktur sosial dan spiritual yang merupakan sumbangan Islam yang berharga bagi umat manusia. Realitas sosial dan spiritual itu harus difahami secara integral, tidak dapat dipisah-pisahkan atau dilihat secara sendiri-sendiri tanpa saling-berkaitan seperti dalam tradisi dan kebudayaan Barat. Menulis serta menyajikan Sejarah Peradaban Islam juga tidak bisa parsial. Menyajikan sejarah peradaban Islam harus menyajikan kedua realitas tersebut, yaitu realitas sosial dan spiritual. Dari sini juga Nampak sekali bahwa definisi peradaban dapat didefinisikan secara konseptual. Disebabkan basis peradaban Islam adalah wahyu, ajaran Islam itu sendiri (Din Al Islam) sebagai suatu sistem yang mewujud dalam suatu sistem sosial, maka hal ini juga bisa dipahami bahwa substansi Peradaban Islam adalah pokok-pokok ajaran Islam yang tidak terbatas pada sistem kepercayaan, tata pikir, dan tata nilai, tapi merupakan super-sistem yang meliputi keseluruhan pandangan tentang wujud, terutama pandangan tentang Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa worldview Islam menjadi basis dari peradaban Islam. Untuk itu, buku-buku sejarah haruslah dapat menghadirkan kehidupan umat Islam dan peradabannya yang segar dan kaya pengetahuan yang tidak hanya menceritakan peristiwa yang terkesan suram dan penuh dengan konflik. Namun menghadirkan Islam sebagai suatu peradaban yang berbasis ilmu pengetahuan dan menyajikan sejarah Islam dengan framework Islam. 1. Pengertian dan Perbedaan antara Kebudayaan dan Peradaban Di Indonesia seringkali disinonimkan dua kata antara “kebudayaan dan peradaban”. Namun dalam perkembangan ilmu Antropologi sekarang, kedua istilah tersebut telah dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan peradaban lebih berkaitan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis. Kebudayaan lebih direfleksasikan dalam seni, sastra, religi, dan moral. Sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, yaitu: Wujud ideal, yaitu wujud kebudayan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan yang berpola dari manusia dan masyarakat. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Yang dapat saya simpulkan setelah membaca buku Sejarah Peradaban Islam. Menurutnya, peradaban sering juga dipakai untuk menyebutkan kebudayaan dari segi teknologi, seni, sistem pemerintahan, dan suatu ilmu pengetahuan kompleks. Sedangkan menurut Sutan Ali Syahbana menjelaskan beberapa pengertian kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan adalah warisan sosial atau tradisi. Kebudayaan adalah cara, aturan, dan jalan hidup manusia. Kebudayaan adalah penyesuaian manusia terhadap alam sekitarnya dan cara-cara menyelesaikan persoalan. Kebudayaan adalah hasil perbuatan atau kecerdasan manusia. Kebudayaan adalah hasil pergaulan atau perkumpulan manusia. Kebudayaan mencakup juga ke dalam peradaban. Akan tetapi peradaban tidak mencakup ke dalam kebudayaan. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwasannya kebudayaan bunga Karena tidak ada suatu kebudayaan apabila tidak ada peradaban yang akan melahirkan suatu kebudayaan di suatu masyarakat, daerah, maupun suatu negara. 2. Dasar Peradaban dan Kebudayaan Islam. Dasar Peradaban dan Kebudayaan Islam adalah dasar dari Islam itu sendiri, yaitu norma-norma Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah (Hadits). Dengan kata lain, dari manapun asalnya, selama tidak bertentangan dengan norma-norma ajaran Islam; dapat dimasukkan kedalam Peradaban dan Kebudayaan Islam. Sebaliknya walaupun berasal dari orang Islam, tetapi kalau bertentangan/ tidak sesuai dengan norma-norma ajaran Islam tidak dapat dimasukkan kedalam Peradaban dan Kebudayaan Islam. 3. Keduduan Islam dalam Peradaban dan Kebudayaan Islam. Kedudukan Islam dalam Peradaban dan Kebudayaan Islam dapat digambarkan dalam penampang buah kelapa yang dibelah sebagai berikut ini: Iman Islam Amal shaleh (Peradaban) Kebudayaan/Masyarakat. Keterangan: 1. Air/ gandos merupakan gambaran dari iman. 2. Daging buah merupakan gambaran dari Islam. 3. Tempurung merupakan gambaran amal sholeh yang diwujudkan oleh orang Islam yang beriman sebagai peradaban. 4. Sabut merupakan gambaran budaya yang nampak sehari-hari di lingkungan masyarakat. Jadi orang Islam yang beriman akan selalu berperilaku/ ber amal shaleh, dan amal shaleh sebagai peradaban Islam tersebut akan nampak dalam bentuk budaya yang dapat dilihat sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, maka Islam yang melandasi dan mewarnai Peradaban dan Kebudayaan Islam. Tradisi-tradisi Faktual Masyarakat Arab Pra Islam Sebelum datang ajaran Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun datang membawa akhlaq, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Seperti halnya mereka (penduduk badui) bersifat nomadik atau berpindah-pindah tempat untuk mencari air dan ladang yang banyak rumputnya untuk binatang-binatang ternak mereka. Jadinya agama baru itu datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliyah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian banyaklah pertarungan yang banyak memakan waktu. Tradisi atau kebiasaan masyarakat Arab sebelum datangnya Islam adalah penyelewengan akan eksistensi ketuhanan. Sebagian besar dari mereka menyembah kepada patung-patung atau berhala, pohon-pohon, bintang-bintang, dan batu-batu. Pada masa itu, masyarakat cenderung kepada menjasadkan Tuhan. Mereka menyembah berhala yang mereka tegakkan di Ka’bah. Dengan demikian agama yang sebelumnya datang dari Nabi Ibrahim bercampur aduk dengan kepercayaan watsani, dan hampir kepercayaan ini dapat mengalahkan agama yang Nabi Ibrahim ajarkan sebelumnya. Selain tradisi menyembah berhala mereka juga mempunyai tradisi atau kebiasaan mempelajari syair-syair. Ada dua cara bagi mereka mempelajari syair-syair, kedua cara itu amat besar faedahnya. Kedua cara tersebut adalah: a. Mempelajari syair sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat dihargai. b. Mempelajari syair dengan maksud, supaya kita dapat mempelajari adat-istiadat dan budi pekerti bangsa Arab. Itulah kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi faktual bangsa Arab sebelum datangnya Islam sebagia suatu ajaran. Contoh-Contoh Hubungan Masyarakat Arab dan Islam Adapun contoh kasus hubungan masyarakat Arab dengan Islam di antaranya: Dalam segi perniagaan. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerjaan-kerajaan. Sampai kehadiran Nabi Muhammad, kota-kota mereka merupakan salah satu pusat perniagaan karena menghubungkan jalur perdagangan antara kota Syam dan Samudra Hindia. Mahir dalam mengubah syair. Biasanya, mereka membacakan syair-syair mereka di pasar, mungkin semacam pagelaran pembacaan syair, seperti di pasar ‘ukaz. Bahasa mereka kaya dengan ungkapan, tata bahasa, dan kiasan. Adanya perpindahan kepercayaan dari ajaran Nabi Ibrahim kepada kepercayaan watsani. Dikarenakan, adanya kepercayaan, “siapa saja yang mengambil batu di Haram Ka’bah, dengan maksud menghormati haram itu, dan memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah. Kemudian dimana mereka berhenti atau menetap, diletakkannya batu itu, lalu mereka berthawaf, seperti halnya mereka thawaf di sekeliling ka’bah.” Adat istiadat sebagai sistem kabilah-kabilah Arab. Yaitu untuk menjaga dan membela perempuan, dan memandang kehormatan perempuan itu lebih penting daripada jiwa, harta, dan anak-pinak. Kesadaran dalam beragama. Pada dasarnya mereka mempunyai naluri akan beragama akan tetapi mereka mengingkari naluri beragama mereka sendiri. 4.Persamaan dan Perbedaan Kebudayaan Islam dan Peradaban Islam Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab Al-Hadharah Al-Islamiyyah. Kata dalam bahasa Arab ini sering kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Dari segi nilai, kebudayaan dapat dibedakan menjadi dua, kebudayaan yang bernilai rendah dan kebudayaan yang bernilai tinggi yang disebut peradaban. Di samping terdapat agadium yang menyatakan bahwa setiap peradaban adalah kebudayaan dan tidak sebaliknya. Dari segi nilai kita bisa membedakan bahwa setiap peradaban itu bersifat baik. Sedangkan kebudayaan belum tentu bersifat baik. Apabila dibandingkan dengan ilmu ushul dan kaidah fiqih, kebudayaan diterjemahkan menjadi adat. Cakupan budaya adalah spiritual, intelektual, sikap artistik yang dihasilkan oleh masyarakat, termasuk tradisi, kebiasaan, moral, hukum, dan relasi sosial. Maka kebudayaan Islam adalah spiritual, intelektual, sikap artistik yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad SAW dan masyarakat Islam dari waktu ke waktu. Sedangkan peradaban Islam sebagaimana terdapat dalam kitab Tarkh al-Hadharat al-islamiyyat fi al-Syarq adalah kebalikan dari kata al-Badawat. Yaitu menunjukkan kepada perubahan sosial yang terjadi pada sejarah hidup manusia. Persamaannya yaitu, peradaban Islam dan kebudayaan Islam adalah suatu produk tata pola kehidupan yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad dan masyarakat Islam pada zaman dahulu yang berdampak kepada masa sekarang. Baik itu berupa hukum, kebiasaan atau tradisi maupun kehidupan sosial yang ada dalam masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASAKH DAN TARJIH

MAKALAH USHUL FIQIH NASAKH DAN TARJIH Dosen pengampu : Drs. H. Hadi Rahmat, MA Disusun Oleh : Kelompok: 5.1 Kelas D 2. Miftahudin                                      (1398901) JURUSAN   TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO T.A 2013 KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh Pertama yang kita utamakan marilah kita ucapkan puji syukur kita atas kehadirat allah swt yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua dan khususnya kepada kami sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok (MAKALAH) mata kuliah ushul Fiqih. sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada uswatun hasanah kita yaitu Nabiullah Muhammad SAW, yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir nanti. Dan semoga kita termasuk dari umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya Dan seluruh pihak yang telah membantu penyelesaia

CABANG CABANG FILSAFAT

MAKALAH FILSAFAT UMUM “FILSAFAT UMUM DI TINJAU DARI CABANG- CABANG FILSAFAT YANG MEREFLEKSI MENGENAI HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN” Dosen pengampu : Amin Efendi,M.Pd.I Disusun Oleh : Kelompok 3 1.Cahyani Setia Ningsih                    (1397981) 2. Miftahudin                                      (1398901) 3. Agus kurniawan                             (1397541) JURUSAN   TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO T.A 2013 KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh Pertama – tama dan yang kita utamakan marilah kita ucapkan puji syukur kita atas kehadirat allah swt yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua dan khususnya kepada kami sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok (MAKALAH) mata kuliah filsafat umum . sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada uswatun hasanah kita yaitu nabiulla

MASYARAKAT MODEREN

A.     PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia (Himpunan orang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu) [1] . Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harifah masyarakat modern di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir. [2] Masyarakat modern sering disebutkan sebagai lawan dari masyarakat tradisional. Deliar Noer misalnya menyebutkan cirri-ciri modern sebagai berikut: 1.       Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akanl pikiran, daripada pendapat emosi. Sebelum melakukan perkerjaan selalu mempertimbangkan lebih dahulu untuk ruginya, danperkerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan. 2.       Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang b